بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Kenapa kita gelisah, dan bagaimana meredam gelisah hati, ikuti terus goresan pena sederhana ini. Mudah-mudahan dapat menemukan jawab dari pertanyaan bathin. Insya Allah.
Pertama:
Kenapa kita Gelisah ?
Saudara yang muliakan Allah
Gelisah kerap hadir melanda hati, dan bila perasaaan ini datang hari-hari dicekam perasaan sepi, kekhawatiran terus datang menemani kesunyian diri, dan terkadang hidup merasa tidak berarti. Bila gelisah bertambah resah, terasa hidup semakin susah, beraktivitaspun selalu serba salah, terkadang bingung kemana harus melangkah.
Itulah kenyataan hidup yang sering kita temui , Sering kali jika kegelisahan datang, ia harus dibayar dengan harga yang mahal, karena ia sangat menyita banyak waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Hasilnya; wajah terlihat menjadi kusut dan hidup terasa sangat berat,Memang sulit di mengerti, kenapa gelisah terkadang datang menyelimuti hati. Betapapun kita berusaha menepisnya, tetapi semakin kita tepis justru semakin berat kegelisahan.
Beberapa psikolog mengatakan: gelisah dan cemas adalah wajar dan di miliki setiap orang. Bukankah setiap hari kita selalu dihadapkan pada masalah-masalah hidup?. Memang, hidup tak bisa lari dari permasalahan. Karena semakin lari dari masalah, hidup semakin bermasalah.
Cara terbaik menyelesaikan masalah adalah dengan jalan mencari tahu akar masalah. Sehingga kegelisahan tidak mendatangkan banyak masalah.
Kedua:
Penyebab Kegelisahan
Banyak faktor yang menyebabkan hadirnya kegelisahan. Ada gelisah karena hadirnya kesadaran yang dalam tentang prilaku diri, sadar banyak melakukan kesalahan. Dan kegelisahan seperti ini menandai sedang menguatnya keimanan. Hasilnya, perasaan khawatir datang saat ia merasakan begitu banyak melalaikan kewajiban. Dan kekhawatiran ini adalah kekhawatiran yang positif.
Ada juga gelisah karena faktor kekhawatiran yang berlebihan tentang kehidupan, yang di tandai dengan adanya ketakutan dalam beberapa hal. Seperti takut miskin, takut kehilangan harta, takut di tinggal oleh orang yang kita cintai, takut kerjanya di PHK, takut tidak dapat jodoh atau takut tiba-tiba kematian datang menjemputnya.
Gelisah yang kedua ini biasanya disebabkan karena keyakinan yang lemah tentang kebenaran yang datang dari Allah. Dan ini menandakan sedang melemahnya keimanan. Dan yang ketiga ada gelisah karena di kejar rasa bersalah, entah salah kepada diri sendiri, kepada orang lain, lebih-lebih kepada Allah. Hal ini disebabkan karena kita pernah melakukan dosa dan kemaksiatan atau prilaku yang kurang pantas, sehingga menyebabkan jiwa tidak tentram, hidup tidak nyaman karena di kejar rasa bersalah yang terus menghantui.
a. Gelisah Karena Menguatnya Keimanan
Kegelisahan yang seperti ini bisa disebut kegelisahan yang positif, karena itu didorong oleh keinginan untuk selalu menyempurnakan kebaikan. Beberapa hal yang menandakan gelisah karena menguatnya keimanan, yaitu: hadirnya rasa takut kepada Allah. Kegelisahan jenis ini hadir karena kita menyadari begitu sering melakukan kesalahan.
Kesalahan itulah yang meyebabkan hati kita bertambah resah. Perasaan takut (khauf) dan harap (Raja’) bercampur menjadi satu. Takut jika kesalahan (dosa) tidak terampuni dan harap agar dosa dan kesalahannya dapat terampuni.
Bagi pribadi muslim perasaan khauf (takut) adalah ungkapan derita hati dan kegundahan terhadap apa yang dihadapinya. Dan khauf (takut) inilah yang mencegah diri dari perbuatan maksiat dan mengikatnya dengan bentuk-bentuk ketaatan.
Semakin ia mengetahui aib dirinya dan mengetahui keagungan Allah, kemahamulyaan-Nya dan hadirnya kesadaran bahwa setiap perbuatannya kelak akan dipertanggungjawabkan, maka kegelisahannya akan semakin kuat, rasa takutnya akan semakin meningkat.
Buah dari perasaan khauf ini adalah, ia akan mampu menguasai segala kegundahan dan tahu bahayanya. Hasilnya; Tiada lagi kesibukannya selain usaha untuk mendekatkan diri, muhasabah, mujahadah. Bahkan ia selalu waspada terhadap segala pikiran, langkah dan kalimat yang keluar dari dirinya.
“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut kepada Rabb mereka. Dan orang-orang beriman kepada Rabb mereka. Dan orang-orang yang tidak menyekutukan Rabb mereka (dengan sesuatupun). Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itulah orang-orang yang bersegara berbuat kebaikan, dan merekalah orang-orang yang pertama-tama memperolehnya.â€
Yahya bin Muazd berkata: “jika seorang mukmin melakukan kemaksiatan, ia pasti menindaklanjutinya dengan salah satu dari dua hal yang akan menghantarkannya kesurga; takut akan siksa dan harapan akan ampunanâ€.
b. Gelisah Karena Lemahnya Iman
Untuk kegelisahan jenis ini, ada dua motif yang menghadirkannya. Pertama, motif yang keluar dari dorongan syahwat seksual, kedua motif karena dorongan cinta yang berlebihan pada harta, atau yang selalu terkait dengan keduniaan.
Kegelisahan yang disebabkan dua hal ini cenderung menguat, dan ketika tidak mampu meraih apa yang di inginkan nafsunya, gelisah akan semakin bertambah resah. Kegelisahan yang seperti ini menandai lemahnya daya tahan keimanan,
Dalam pandangan psikologi, dua hal yang melatar belakangi hadirnya kegelisahan adalah karena lemahnya rasa percaya diri. Tetapi jika rasa percaya diri kita kuat tidak akan menimbulkan kegelisahan. Selain itu, kegelisahan hadir karena angan-angan yang tidak realistis, atau terlalu berlebihan mengharapkan sesuatu tetapi tidak di imbangi dengan kemampuan. Tetapi yang lebih pasti adalah kegelisahan hadir karena keyakinannya akan taqdir tidak sempurna.
*****
Kegelisahan yang hadir karena menyadari
betapa banyak dosa dan kesalahan,
adalah wujud dari kesadaran iman.
Sebab orang orang-orang yang beriman
akan senantiasa resah jika ketaatannya berkurang.
*****
Ketiga:
Kegelisahan orang beriman
Seperti telah diungkapkan diatas, bahwa kegelisahan orang-orang beriman hadir manakala dia merasa begitu banyak dosa dan kesalahan atau merasa bahwa ibadahnya belum sempurna.
Dan kesadaran itu membuat ia terus berusaha untuk menyempurnakannya. Sebab baginya hidup adalah untuk mempersembahkan yang terbaik untuk kehidupan yang kekal (akhirat). Dunia bukanlah tujuannya, tetapi hanya perantara untuk menggapai keridhoan. Mereka selalu menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah persinggahan sebentar dalam perjalanan panjang menuju keabadian.
Kebahagiaan bagi orang-orang yang beriman adalah ketika dapat melakukan ketaatan, dan kegelisahan mereka adalah ketika semakin berkurangnya kebaikan. Ketika mereka menghadapi musibah, selalu di sikapi dengan tabah. Ketika kesulitan datang menghampiri, ia tidak berkecil hati.
Dan hadirnya sikap seperti itu tidak lain karena ia mampu menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan. Sebab dengan menjadikan Allah sebagai satu-satunya inspirasi dalam kehidupan, akan menghadirkan sikap optimisme dan kebesaran jiwa yang mantap.
Imam Syafi’I rahimahullah bertutur: :Gelisah, berkeluh kesah, tidak sabar adalah tanda jiwa yang fakir. Kemiskinan lebih baik dari kekayaan yang berlaku aniaya pada si fakir. Sungguh jiwa yang selalu puas, itulah jiwa yang kaya, walaupun melelahkan, karena segala yang ada di alam raya ini tak pernah memberikan kepuasanâ€
Itulah kekuatan iman, yang selalu menyadari bahwa jika Allah menghendaki segala sesuatu, maka tidak ada kemampuan bagi kita untuk mengelaknya. Dengan kesadaran dan keyakinan ini, seorang mukmin akan terbebas dari ketakutan, kelemahan dan keresahan disamping terhiasi dirinya dengan kesabaran, kekuatan dan keberanian.
“Katakanlah: “sekali-kali tidak akan menimpa kami kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk kami.ialah pelindung kami, dan hanya Allah-lah orang-orang beriman harus bertawakkalâ€.
(Qs. At-Taubah [9]:51).
Saudaraku yang budiman
Bila kita serahkan hidup ini dengan berbagai persoalannya kepada Allah yang didasarkan atas keyakinan yang mutlak kepada-Nya., akan membuat hati dan jiwa tegar dan teguh dalam menghadapi berbagai problem dan tantangan kehidupan. Karena itu, mengimani Allah dengan berbagai atribut-Nya, baik sifat maupun perbuatan-Nya, adalah suatu keharusan mutlak. Sebab itulah kunci membuka tirai kebahagiaan.
Allah, tidak ada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka, mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki -Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar†(Qs. Al-Baqarah [2]:255)
****
Tiada rumah sakit yang teduh untuk bernaung kecuali berlindung di bawah kekuasan-Nya.Karena hanya Dialah tempat kita berlindung
dari semua keadaan diri kita.
Kebahagiaan bagi orang-orang yang beriman adalah;ketika dapat melakukan ketaatan, dan kegelisahan mereka adalah; ketika semakin berkurangnya kebaikan.
*****
Keempat
Meredam Gelisah Hati
Saudara yang budiman
Sahabat, Sejak dulu hingga hari ini, berbagai pergulatan dan hidup terus kita lakukan demi sebuah kebahagiaan, bila perlu nyawapun kita pertaruhan. padahal, sejauh apapun kita melangkah untuk mengejar kebahagiaan tak akan pernah kita dapatkan, kalau tolak ukurnya adalah keduniaan. Sebab sifat dunia tak pernah memberi kepuasaan.
Dan ketidak puasan itulah faktor utama penyebab ketidak bahagiaan, dan akhirnya perasaan gelisah selalu datang. Selain ketidakpuasan menerima kenyataan, ketidaksabaran juga merupakan pintu masuk kegelisahan. Sebab orang yang tidak sabar menantikan sesuatu hidupnya selalu gelisah.
Akhirnya, hanya satu kiat yang dapat meredam gelisah hati dan mendatangkan kebahagiaan yang hakiki, yaitu hadirkan sifat qona’ah (menerima) apa yang telah Allah berikan. Sebab orang yang qona’ah terhadap apapun yang diberikan jiwanya akan tenang. Hatinya tidak menuntut mencapai sesuatu yang tidak ditakdirkan baginya dan tidak melirik kepada orang yang berada diatasnya. Tentu saja sifat ini tidaklah hadir dengan sendirinya tanpa faktor utama yang mendorongnya. Dan faktor itu adalah keimanan yang benar dan amal sholeh yang ikhlas.
Ketenangan bathin (muthmainnah qalbu) selalu menghiasi orang-orang yang selalu qonaah. Ekspresi dan perbuatan lahirnya senantiasa terkendali. Maka yang nampak dari luar adalah pribadi yang benar-benar tenang, mantap dan penuh wibawa. Rasulullah menasehati kita agar dalam menjalani hidup jangan tergesa-gesa, sebab sikap itulah yang menyebabkan kegelisahan selalu datang. Beliau bersabda: “Wahai manusia, bersikap tenanglah kalian, karena kebaikan itu tak pernah ada dalam ketergesa-gesaan1†(Hr. Bukhari dan Muslim)
Orang yang qonaah selain memiliki ketenangan juga memilki pendirian yang kuat, ia sadar akan segala kelemahan yang ada padanya dan beersandar hanya kepada Allah semata.
Kelima ;
Kunci Agar Tidak Gelisah
Selanjutnya, apa yang menyebabkan orang-orang beriman tetap bertahan dalam gelombang cobaan dan ujian, sehingga ia tidak gelisah, khawatir bahkan tidak di hantui rasa takut yang berkepanjangan. Beberap faktor yang tetap memperkuatnya adalah:
a. Mempercayakan urusan hanya kepada Allah
Perjalanan dan prilaku kita dalam hidup keseharian merupakan cerminan dari akidah yang ada dalam hati kita. apabila aqidah yang tersimpan dalam hati kita baik, maka jalan yang di tempuhpun akan baik lagi lurus. Tetapi bila aqidah telah rusak, jalanpun menjadi bengkok. Hidup akan semakin gelisah, di liputi kebimbangan, sempit dan penuh kejenuhan. Tetapi tidak akan terputus karunia jika kita memohon kepada Tuhan, dan akan muncul persoalan yang menyusahkan jika kamu meminta kepada dirimu sendiriâ€.
Itulah ungkapan ahli hikmah yang sarat makna. Betul, bahwa mempercayakan segala sesuatu hanya kepada Allah adalah sikap bijak seorang hamba. Allah, Dialah yang maha tahu segala apapun yang kita inginkan, sebab karena Dialah yang menciptakan kita. Percaya sepenuhnya tanpa keraguan sedikitpun adalah unsur positif yang akan melahirkan tindakan yang positif. Karena sifat ragu terhadap kebenaran adalah cerminan dari seorang yang lemah, hilang harapan dan rapuhnya keyakinan.
b. Ikhlas berbuat hanya karena Allah
Ikhlas artinya memurnikan tujuan bertaqarrub hanya kepada Allah semata. Dan sikap ini hanya akan datang dari seseorang yang mencintai Allah dan menggantungkan seluruh harapannya kepada Allah. Ketika ikhlas telah menyelimuti diri kita maka akan lahir sifat rela terhadap semua yang Allah berikan, hatta itu adalah sesuatu yang tidak menyenangkan.
Biasanya kegelisahan yang datang kepada kita, karena kecenderungan kita kepada hal-hal yang bersifat duniawi. Maka resep untuk menghadirkan ikhlas adalah dengan memupus kesenangan-kesenangan hawa nafsu, ketamakan terhadap dunia dan mengusahakan hati agar selalu terfokus kepada kepentingan akhirat.
Dr. Yusuf al-Qaradhawi mengatakan: bahwa ikhlas mampu melahirkan ketenangan jiwa dan ketentraman hati. Dan ikhlas juga mampu membebaskan manusia dari segala bentuk ketidakstabilan dan kegoncangan jiwa karena orientasi dan keinginan manusia yang berbeda-beda.
Berhias diri dengan sifat ikhlas dan jujur akan mengantarkan setiap individu mencapai keselamatan dan keberhasilan. Keikhlasan merupakan senjata penyelamat yang paling ampuh bagi seseorang dalam menghadapi setiap cobaan, sehingga tidak timbul kegelisahan yang membebani. Orang yang ikhlas karena Allah, selalu memahami bahwa hidup dan kehidupan tidaklah ada tanpa Allah yang menghidupkan. Maka ketenangan selalu menghiasi hidupnya.
c. Tidak menyandarkan diri kepada kekuatan manusia
Kenapa manusia yang miskin meminta kepada sesama manusia yang juga miskin serupa dirinya?. Mengapa manusia yang lemah meminta pertolongan kepada sesamanya yang juga lemah?. Apa alasan kita mengharap dari seseorang , sementara ia sendiri tidak bisa menepis lalat yang menerjangnya?. Bakteri yang lebih kecil dari lalat, mampu merenggut kesehatan orang-orang yang “gagah†dan iapun kelabakan mengembalikan kesehatannya akibat serangan bakteri-bakteri itu.
“Wahai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walau mereka bersatu untuk menciptakannya, dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang meyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.â€. (Qs. al-Hajj [22]:73)
Betapa banyak diantara kita yang dihempaskan dan dihinakan oleh ketamakan dan harapan-harapannya kepada makhluk sesamanya. Tidak sedikit hak-hak yang terbengkalai, kemaslahatan yang terabaikan, dan keadaan-keadaan menjadi tidak lurus karena ketamakan jiwa. Sehingga kegelisahanpun tidak bisa di redam.
Kemudian, solusi terbaik agar jiwa tidak cepat rapuh dan gelisah adalah; sandarkan hidup kita kepada Dia yang maha hidup. Lalu cukupkan diri dengan selalu mengharap karunia-Nya. Jangan berharap berlebihan kepada manusia, melebihi harapan kita kepada Allah. Sebab terkadang hanya kekecewaan yang kita dapatkan. Tetapi ketika setiap harap hanya tertuju kepada Allah, akan kita dapatkan Dialah sebaik-sebaik pemberi.
d. Selalu mengakui kekurangan diri
Bagi orang yang lemah percaya dirinya, tetapi besar gengsinya. Ia akan berusaha menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Rasa takut dan malu jika kekurangannya diketahui orang akan menambah kegelisahannya semakin dalam. Dan sering kali ketidak percayaan diri ini bukan saja mendatangkan gelisah, tetapi juga stress. Semuanya ini akibat ketidak mampuan menerima kenyataan hidup.
Allah, Dialah yang menciptakan kita dari tidak ada menjadi ada. Kesempurnaan hanya milik Allah. Menyadari bahwa kita hanya sebagai hamba, mengharuskan kita untuk menerima segala takdir yang telah ditetapkan-Nya. Oleh karenanya, seorang muslim sangat menyadari tentang segala kekurangan yang dimilikinya.
e. Selalu Berhati-hati terhadap nafsu
Rasulullah Muhammad Saw memasukan hawa nafsu kedalam hal yang dapat membinasakan, beliau bersabda: “Ada tiga hal yang dapat membinasakan; kekikiran di yang patuhi, hawa nafsu yang ikuti dan kesombongan seseorang terhadap dirinya sendiriâ€.
Muhammad bin Abdul Qawi Al-Mardawi dalam Mandhumatul Adab mengatakan; “Kala hawa nafshu itu di tekan, akan lahir kemuliaan; dan saat keinginannya di penuhi disitulah ada kehinaan yang abadiâ€.
Pernah disebutkan; Hawa nafsu itu pembohong yang tidak bisa di percaya, melepasnya akan mendorong untuk mencari kenikmatan berikutnya tanpa memikirkan dampak negatifnya. Ia pun memotivasi untuk mendapatkan syahwat yang lebih cepat. Maka berhati-hati terhadap dorongan nafsu, karena tidak ada seorangpun yang dapat masuk dan sampai kepada Allah kecuali jika sudah memenangkan pertarungan atasnya. Nafsu itu selalu menyeru kepada sikap durhaka dan mendahulukan kehidupan dunia. Sedangkan Allah menyeru hamba-Nya agar takut kepada-Nya dan menahan diri dari hawa nafsunya.
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang beri rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyayangâ€.
(Qs. Yusuf [12]:53).
f. Selalu berbaik sangka kepada Allah
Salah satu sifat yang selalu mendatangkan ketenangan adalah berbaik sangka kepada Allah. Sifat ini akan membentengi kita dari rasa takut dari apapun yang terjadi. Terutama terkait dengan hal-hal yang terasa memberatkan diri, seperti saat menyikapi setiap kegagalan misalnya.
Orang yang selalu berprasangka baik kepada Allah tidak langsung memponis keburukan ketika ia datang kepadanya. Tetapai selalu meyakini bahwa ada hikmah dibalik semuanya, karena tidaklah Allah ketika memberikan ujian, kecuali Allah mengetahui bahwa kita mampu untuk menyelesaikannya.
“…Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal sesuatu itu amat baik bagi kalian, dan boleh jadi (pula) kalian menyukai sesuatu, padahal sesuatu itu amat buruk bagi kalian. Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui (segala akibatnya secara pasti)â€. (Qs. Al-Baqarah [2]:216)
Ketahuilah, segala sesuatu yang kita lakukan adalah reaksi langsung dari apa yang ada dalam pikiran kita. jika pikiran kita selalu diselimuti baik sangka terhadap sesuatu, niscaya kehidupan kita pun anak selalu nampak baik.
Ibnu Taimiyah – seorang mujtahid besar- ketika dalam tekanan yang menyakitkan, beliau berkata:
“Apa yang di lakukan musuh-musuhku?, tamanku dan surgaku berada dalam dadaku. Membunuhku sama dengan mati syahid, mengasingkanku sama halnya dengan bertamasya, memenjarakanku sama halnya dengan berkhalwat (menyendiri dari keramaian).
Itulah sikap dari seorang alim yang dalam keadaan apapun selalu berbaik sangka. Sehingga hidupnya selalu diselimuti kebahagiaan, dan tidak ada kegelisahan.
******
“Kala hawa nafshu itu di tekan, akan lahir kemuliaan;
dan saat keinginannya di penuhi disitulah ada kehinaan
yang abadiâ€.
*****
Ketujuh
Sejumput Renungan
Iman, kunci ketenangan
Orang yang beriman diibaratkan sebuah gunung yang tegar. Sekalipun dunia disekeliling gocang, angin topan menerjang, petir bergemuruh, sungai meluap banjir, dan gelombang lauatan menggunung, tetepi ia tetap tegar tidak bergeming, kokoh tidak tergoyahkan. Ia menancapkan kakinya dihamparan pintu kekuasaan Allah, meletakkan tangannya dalam naungan kasih sayang Allah, serta mempertautkan kehidupannya dengan Allah.
Dan selogan yang selalu di pegang oleh orang beriman adalah apa yang telah di firmankan Allah kepada Rasul-Nya:
“Katakanlah: “sekali-kali tiak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allaha orang-orang yang beriman harus bertawakkalâ€. (Qs. At-Taubah [ 9 ]:51).
Orang yang tidak mempunyai keimanan yang benar akan selalu menderita kehampaan rohani dan selalu merasakan kesempitan diri. Tetapi orang yang beriman dengan benar hidupnya selalu diselimuti rasa aman dan kedamaian pikiran.
Apabila hati di penuhi oleh iman, maka seluruh indra, perasaan dan anggota tubuh tergerak untuk melakukan kebaikan dan amal sholeh. Dan setiap iman bertambah dalam hati, maka kekuatan kebaikanpun akan bertambah, lalu hati seorang mukminpun akan terasa lapang. Kelapangan dada adalah buah sifat qona’ah. Lebih dari iti, iman merupakan kekuatan yang mampu menanamkan ketenangan dalam jiwa , rasa aman dan damai dalam hati.
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanana mereka ( yang telah adaâ€.
Qs. al-fath [48 ]:4).
Dr. Yusuf Al-Qaradhawi mengatakan, Iman adalah kekuatan pendorong yang memberikan stimulus kepada manusia untuk memberi dan membangun, mengerjakan kebajikan serta berlomba-lomba menuju kebaikan. Ibnu Khaldun menambahkan; bahwa bahagia dan tidaknya seseorang berangkat dari mampu dan tidaknya seseorang memenuhi kebutuhan keinginannya ( dalam bentuk positif).
Dan orang bahagia adalah mereka yang bisa menerima (qonaah) kenyataan hidupnya, bisa menerima segala yang ada pada dirinya. Akan tetapi percaya bahwa di balik kepahitan pasti ada kesejahteraan yang lebih lama. Seperti orang yang minum obat, pahit dikala meminumnya, tetapi setelah di minum hadir kesehatan yang lebih lama dari pahitnya rasa. Hidup dalam kesadaran akan betapa dekatnya Tuhan terhadap diri kita, bisa menghalau awan kegelisahan dan akan menghadirkan semangat hidup yang menggelora. Kita tidak dapat hidup dalam kesadaran akan dekatnya Allah dan pergi kemana-mana dalam kemurungan dan kegelisahan. Bila kita yakin bahwa Allah selalu bersama kita.
Doa tatkala menghadapi kegundahan
Rasulullah shAllallAhu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa yang sedang mendapatkan musibah, kesedihan hati dan kegundahan jiwa kemudian membaca do’a ini pastilah Allah akan menghilangkan semua kesedihan dan kesulitannya serta menggantikan dengan jalan keluar baginya”.
اللَّهُمَّ إِنَّا عَبِيْدُكَ بَنُوا عَبِيْدِكَ بَنُوا إِمَائِكَ نَوَاصِيْناَ بِيَدِكَ مَاضٍ فِيْناَ حكْمُكَ عَدْلٌ فِيْناَ قَضَاؤُكَ نَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَداً مِنْ خَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِى كِتَابِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِى عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قُلُوْبِناَ وَنُورَ صُدُوْرِناَ وَجَلاَءَ أَحْزَانِناَ وَذَهَابَ هُمُوْمِناَ
“Ya Allah sesungguhnya kami adalah hamba-Mu, anak dari hamba-hamba Mu, ubun-ubun kami ada di tangan-Mu. Segala takdir-Mu terhadap kami telah Engkau tetapkan, dan sungguh betapa adilnya ketetapan itu atas kami. Kami memohon kepada-Mu dengan semua Nama yang Engkau Miliki, yang telah Engkau Namakan untuk Diri-Mu, atau telah Engkau ajarkan kepada salah seorang di antara makhluk-Mu, atau Engkau Turunkan dalam Kitab-Mu, atau Engkau simpan dalam Ilmu yang Ghaib di sisi-Mu. Jadikanlah Al Qur’an sebagai penyejuk hati kami, cahaya bagi dada kami, penghapus duka dan kesedihan kami, dan pelipur kegundahan jiwa kami”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Tidaklah seseorang mendapatkan kesusahan atau kesulitan lalu ia berdo’a (sebagaimana di atas) pastilah Allah akan menghilangkan semua kesedihan dan kesulitannya serta menggantikan dengan jalan keluar baginya”.
Lalu seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
“Ya Rasulallah, bolehkah kami menghafalkannya ?”.
Beliau menjawab : “Aku anjurkan bagi yang mendengarnya agar menghafalkan (dan mengamalkannya)”.
(HR. Hakim dalam Al Mustadrak, beliau berkata: Hadits ini Shahih dengan persyaratan Imam Muslim).